Kota Tingkat Kejahatan Tertinggi Jadi Terkecil (Cerpen)


Ditulis Oleh : Nasrulloh Baksolahar

Tingkat kejahatan bukan ukuran kemakmuran atau kemiskinan. Korupsi bukan ukuran kemakmuran atau kemiskinan. Tetapi ukuran adanya keadilan ataukah tidak. Semakin zalim, kejahatan semakin meningkat. Semakin adil, kejahatan menurun.

Yahya al-Ghassani menceritakan ketika diangkat menjadi hakim di kota Mosul oleh Umar Bin Abdul Aziz. Dia langsung berangkat ke kota itu. Apa yang didapatinya? Ternyata Mosul sebuah kota dengan tingkat kejahatan yang sangat tinggi. Yahya pun berfikir bagaimana menekan angka kejahatan?

Yahya al-Ghassani segera berdiskusi dengan Umar Bin Abdul Aziz. Yahya segera menulis surat ke Umar bin Abdul Aziz. Dalam surat itu dia menceritakan kondisi kota Mosul. Yahya bertanya, “Apakah aku harus menyelidiki mereka? Mencari bukti atas perbuatan mereka? Lalu aku selesaikan persoalan itu sesuai dengan tradisi yang berlaku di masyarakat itu?”

Kemudian Umar bin Abdul Aziz menjawab suratnya, “Hendaknya mencari bukti dan menyelesaikan persoalan dengan sunnah Nabi. Jika saja mereka tidak mengikuti kebenaran, maka Allah tidak akan memberikan kebaikan kepada mereka.”

Selang beberapa lama, Yahya al-Ghassani berkata setelah mengikuti saran sang khalifah, “Tatkala aku meninggalkan kota Mosul, aku mendapati kota itu sebagai kota terbaik dengan tingkat pencurian dan perampokan yang paling kecil.”

Menyelesaikan persoalan pemerintahan dan keadilan harus memadukan antara akal sehat, perundangan dan hukum Allah. Perundangan manusia hanya menyentuh aspek formal kasat mata. Perundangan Allah menembus nalar dan hati manusia. Ada keadilan dan ketentraman. Itulah penyebab rendah tingkat kejahatan bila berhukum pada hukum Allah.

(Golden Stories, Mahmud Musthafa Saad dan Nashir Abu Amir al-Humaidi, Pustaka al-Kautsar, 2013)

BACA JUGA TULISAN MENARIK LAINNYA, KLIK GAMBAR DIBAWAH INI

Belajar Ilmu Hukum Disini

Post a Comment

0 Comments

Iklan