JALANKU TAK SEMUDAH YANG KAU BAYANGKAN KAWAN (EPS 01)



Ini merupakan karya fiksi.


          Mungkin banyak sebagian orang menganggap diriku sangat beruntung bisa berkuliah bahkan di fakultas dan universitas terkemuka di sumatera utara melalui seleksi ujian (SBMPTN). Jujur memang saya merasa sangat bersyukur bahkan sebelum saya berkuliah dengan setelah saya berkuliah,stigma dari masyarakat dll jelas sedikit berkurang.

          Jika bicara tentang kehidupan, entah kenapa saya selalu merasa kok seperti hal yang selama ini saya jalani hanyalah mimpi.

          Dulu ketika duduk di bangku sekolah dasar (SD) saya 3 kali pindah sekolah. Pertama itu saya sekolah di SD MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI karang sari,kab.simalungun. saat semester 2 kelas 2 saya pindah ke salah satu SDN di dekat sekolah saya yang pertama juga. Alasannya saya dulu ga tahan karena bagi siswa kelas 2 sd selalu masuk siang, yang disebabkan oleh kekurangannya kelas, jadi pada suatu hari itu entah kenapa saya ga mau bersekolah, dan saya langsung bilang ke ibu saya bahwasannya saya ga mau sekolah kalau di SD MIN, saya mau pindah. Alhasil dituruti sama ibu, dan akhirnya pada hari itu juga saya dipindahkan sekolah.
           
            Oiya,sebelumnya perkenalkan nama saya AMAS MAULANA, anak ke-3 dari 4 bersaudara. Saya punya satu orang kakak perempuan, satu orang kakak laki-laki dan satu orang adik laki-laki.

            Lanjut cerita saat saya pindah sekolah. Ya jujur sih sedikit bahagia,hehehe. Tapi baru beberapa minggu saya bersekolah di tempat baru. saya mendengar kabar tidak enak yang menimpa keluarga kami.
Selepas pulang sekolah, seperti biasa saya salam cium tangan sama ibu dan ayah. Saya masuk kamar lalu mengganti pakaian sekolah dengan pakaian rumah, kebetulan saat itu saya lapar jadi saya langsung ke dapur mengambil nasi. Tapi saya mendengar suara kesedihan dari sudut yang berbeda, jelas itu suara ibu  yang sedang bicara sembari menahan tangis, tanpa pikir panjang saya langsung mengintip ke sumber suara dan sempat menguping.
“kalau begini kita bagaimana bang? Rumah kita akan disita bank karena tidak mampu melunasi hutang di bank, usaha kita juga akan bangkrut.lalu bagaimana?”  ibu berbicara dengan ayah.
“sudah nanti akan kucari jalan keluarnya, yang pasti jangan pernah lupa untuk berdoa dan berusaha”  jawab ayah.

Disitu saya sangat terpukul mendengar percakapan itu, entah kenapa disaat masa kecil yang seharusnya saya tidak tahu menahu permasalahan tersebut harus ikut terlibat dalam kejadian itu.
Tanpa pikir panjang saya langsung keluar rumah untuk bermain kelereng bareng teman-teman. Ya lumayan sih, saat bermain bersama teman-teman rasa sedih saya menjadi hilang.

            Tak terasa waktu semakin cepat bergulir,menit ke menit, jam ke jam. Akhirnya adzan maghrib berkumandang menandakan saatnya permainan selesai. Kebetulan tempat saya main Cuma berjarak 20 meter dari rumah saya. Jadi saya langsung pulang untuk mandi dan sholat maghrib bersama keluarga. Selepas sholat maghrib saya langsung bertanya sama ibu

“bu,rumah kita beneran mau disita bank ya? Terus usaha kita akan bangkrut? Beneran itu bu? Kalau iya, nanti kita tinggal dimana bu? Kita akan pindah dong? Yahh,kan aku baru punya teman baru disekolah, masak harus pindah lagi?”  tanyaku pada ibu.

“tidak nak, kita sedang baik-baik saja kok. Kamu ini mengada-ada saja”
Jawab ibu.

Tapi saat itu juga saya melihat mata ibu berkaca-kaca, jadi saya ga lanjutin bertanya.

            Satu minggu setelah setelah pertanyaan itu terlontar dari mulutku, benar saja apa yang dikatakan ibu. Bahwa usaha keluarga kami bangkrut. Akhirnya untuk menutupi semua kebutuhan kehidupan kami, ayah menjual properti yang ada dirumah, mulai dari Televisi, Kulkas, Sofa, Meja makan dan masih banyak lagi. Alhasil rumah kami pun terlihat sangat kosong. Sampai semua nya akhirnya ludes hanya tersisa lemari pakaian dan se-unit sepeda motor astrea 800.
Kebetulan karena rumah kami mau disita oleh pihak bank, maka saudara dari ayah saya membantu dengan membeli rumah kami, sebagian dibayarkan ke bank sebagiannya untuk modal hidup baru yang harus kami jalani.

            Waktu itu, setelah bangkrutnya kami, ayah bekerja di sebuah perusahaan perkebunan swasta di kabupaten serdang bedagai, perbatasan kota tebing tinggi. Ya namanya juga bekerja di perusahaan, harus melewati beberapa tahap.
Mulai dari BHL(Buruh Harian Lepas) lalu SKO dan selanjutnya baru bisa menjadi karyawan tetap. Tapi tahap itu tidak cepat, butuh waktu selama 2 tahun untuk menjadi karyawan tetap. Saat itu gaji BHL hanya 15.000 rupiah kawan, sangat tidak cukup untuk kami, bahkan untuk hidup ayah saja kurang, apalagi untuk kami satu keluarga.

            Setelah 3 bulan masa kerja nya sebagai BHL, Saat itu ayah hendak keluar dan menyudahi pekerjaannya karena merasa upah segitu sangat tidak mencukupi. Ayah lalu berpamitan dengan direksi perusahaan tersebut, nama direksi tersebut Alm. H. Arifin Kamdi (semoga beliau tenang di alam sana dan sudah ditempatkan di jannahnya ALLAH SWT AAMIIN)
Mungkin memang sudah jalan yang ditakdirkan tuhan, ayah saya ditahan oleh beliau (direksi) saat hendak keluar perusahaan dan akan diangkat menjadi karyawan tetap dalam 1 minggu kedepan.

Setelah ayah diangkat menjadi karyawan tetap, saat itu juga ayah membawa kami untuk meninggalkan karang sari,simalungun (perbatasan pematang siantar dan simalungun) dan pindah ke perumahan perkebunan.
Saya masih ingat itu bulan dan tahun berapa, kami pindah bulan juli tahun 2007.
Ya begitu la, kelas 2 sd saya pindah sekolah di tempat yang baru. Mengherankan bukan, kelas 2 sd sudah pindah sekolah 3 kali. Heheheh

TUNGGU KELANJUTAN NYA DI EPS 02



UPDATE

*Artikel Ini tidak memiliki sambungan Apapun dikarenakan penulis sudah menyatakan tidak akan melanjutkan kembali. Mohon maaf sebesar-besarnya kepada Sahabat RF. 

BACA JUGA TULISAN MENARIK LAINNYA, KLIK GAMBAR DIBAWAH INI

Belajar Ilmu Hukum Disini

Post a Comment

0 Comments

Iklan