Ini merupakan karya fiksi.
Mungkin banyak sebagian orang menganggap diriku sangat
beruntung bisa berkuliah bahkan di fakultas dan universitas terkemuka di
sumatera utara melalui seleksi ujian (SBMPTN). Jujur memang saya merasa sangat
bersyukur bahkan sebelum saya berkuliah dengan setelah saya berkuliah,stigma
dari masyarakat dll jelas sedikit berkurang.
Jika bicara tentang kehidupan, entah kenapa saya selalu
merasa kok seperti hal yang selama ini saya jalani hanyalah mimpi.
Dulu ketika duduk di bangku sekolah dasar (SD) saya 3 kali
pindah sekolah. Pertama itu saya sekolah di SD MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI
karang sari,kab.simalungun. saat semester 2 kelas 2 saya pindah ke salah satu
SDN di dekat sekolah saya yang pertama juga. Alasannya saya dulu ga tahan
karena bagi siswa kelas 2 sd selalu masuk siang, yang disebabkan oleh
kekurangannya kelas, jadi pada suatu hari itu entah kenapa saya ga mau
bersekolah, dan saya langsung bilang ke ibu saya bahwasannya saya ga mau
sekolah kalau di SD MIN, saya mau pindah. Alhasil dituruti sama ibu, dan
akhirnya pada hari itu juga saya dipindahkan sekolah.
Oiya,sebelumnya
perkenalkan nama saya AMAS MAULANA, anak ke-3 dari 4 bersaudara. Saya punya
satu orang kakak perempuan, satu orang kakak laki-laki dan satu orang adik
laki-laki.
Lanjut
cerita saat saya pindah sekolah. Ya jujur sih sedikit bahagia,hehehe. Tapi baru
beberapa minggu saya bersekolah di tempat baru. saya mendengar kabar tidak enak
yang menimpa keluarga kami.
Selepas pulang sekolah,
seperti biasa saya salam cium tangan sama ibu dan ayah. Saya masuk kamar lalu
mengganti pakaian sekolah dengan pakaian rumah, kebetulan saat itu saya lapar
jadi saya langsung ke dapur mengambil nasi. Tapi saya mendengar suara kesedihan
dari sudut yang berbeda, jelas itu suara ibu yang sedang bicara
sembari menahan tangis, tanpa pikir panjang saya langsung mengintip ke sumber
suara dan sempat menguping.
“kalau begini kita
bagaimana bang? Rumah kita akan disita bank karena tidak mampu melunasi hutang
di bank, usaha kita juga akan bangkrut.lalu bagaimana?” ibu
berbicara dengan ayah.
“sudah nanti akan kucari
jalan keluarnya, yang pasti jangan pernah lupa untuk berdoa dan
berusaha” jawab ayah.
Disitu saya sangat
terpukul mendengar percakapan itu, entah kenapa disaat masa kecil yang
seharusnya saya tidak tahu menahu permasalahan tersebut harus ikut terlibat
dalam kejadian itu.
Tanpa pikir panjang saya
langsung keluar rumah untuk bermain kelereng bareng teman-teman. Ya lumayan
sih, saat bermain bersama teman-teman rasa sedih saya menjadi hilang.
Tak
terasa waktu semakin cepat bergulir,menit ke menit, jam ke jam. Akhirnya adzan
maghrib berkumandang menandakan saatnya permainan selesai. Kebetulan tempat
saya main Cuma berjarak 20 meter dari rumah saya. Jadi saya langsung pulang
untuk mandi dan sholat maghrib bersama keluarga. Selepas sholat maghrib saya
langsung bertanya sama ibu
“bu,rumah kita beneran
mau disita bank ya? Terus usaha kita akan bangkrut? Beneran itu bu? Kalau iya,
nanti kita tinggal dimana bu? Kita akan pindah dong? Yahh,kan aku baru punya
teman baru disekolah, masak harus pindah lagi?” tanyaku pada ibu.
“tidak nak, kita sedang
baik-baik saja kok. Kamu ini mengada-ada saja”
Jawab ibu.
Tapi saat itu juga saya
melihat mata ibu berkaca-kaca, jadi saya ga lanjutin bertanya.
Satu
minggu setelah setelah pertanyaan itu terlontar dari mulutku, benar saja apa
yang dikatakan ibu. Bahwa usaha keluarga kami bangkrut. Akhirnya untuk menutupi
semua kebutuhan kehidupan kami, ayah menjual properti yang ada dirumah, mulai
dari Televisi, Kulkas, Sofa, Meja makan dan masih banyak lagi. Alhasil rumah
kami pun terlihat sangat kosong. Sampai semua nya akhirnya ludes hanya tersisa
lemari pakaian dan se-unit sepeda motor astrea 800.
Kebetulan karena rumah
kami mau disita oleh pihak bank, maka saudara dari ayah saya membantu dengan
membeli rumah kami, sebagian dibayarkan ke bank sebagiannya untuk modal hidup
baru yang harus kami jalani.
Waktu
itu, setelah bangkrutnya kami, ayah bekerja di sebuah perusahaan perkebunan
swasta di kabupaten serdang bedagai, perbatasan kota tebing tinggi. Ya namanya
juga bekerja di perusahaan, harus melewati beberapa tahap.
Mulai dari BHL(Buruh
Harian Lepas) lalu SKO dan selanjutnya baru bisa menjadi karyawan tetap. Tapi
tahap itu tidak cepat, butuh waktu selama 2 tahun untuk menjadi karyawan tetap.
Saat itu gaji BHL hanya 15.000 rupiah kawan, sangat tidak cukup untuk kami,
bahkan untuk hidup ayah saja kurang, apalagi untuk kami satu keluarga.
Setelah
3 bulan masa kerja nya sebagai BHL, Saat itu ayah hendak keluar dan menyudahi
pekerjaannya karena merasa upah segitu sangat tidak mencukupi. Ayah lalu
berpamitan dengan direksi perusahaan tersebut, nama direksi tersebut Alm. H.
Arifin Kamdi (semoga beliau tenang di alam sana dan sudah ditempatkan di
jannahnya ALLAH SWT AAMIIN)
Mungkin memang sudah
jalan yang ditakdirkan tuhan, ayah saya ditahan oleh beliau (direksi) saat
hendak keluar perusahaan dan akan diangkat menjadi karyawan tetap dalam 1
minggu kedepan.
Setelah ayah diangkat
menjadi karyawan tetap, saat itu juga ayah membawa kami untuk meninggalkan
karang sari,simalungun (perbatasan pematang siantar dan simalungun) dan pindah
ke perumahan perkebunan.
Saya masih ingat itu
bulan dan tahun berapa, kami pindah bulan juli tahun 2007.
Ya begitu la, kelas 2 sd
saya pindah sekolah di tempat yang baru. Mengherankan bukan, kelas 2 sd sudah
pindah sekolah 3 kali. Heheheh
TUNGGU KELANJUTAN NYA DI
EPS 02
UPDATE
*Artikel Ini tidak memiliki sambungan Apapun dikarenakan penulis sudah menyatakan tidak akan melanjutkan kembali. Mohon maaf sebesar-besarnya kepada Sahabat RF.
BACA JUGA TULISAN MENARIK LAINNYA, KLIK GAMBAR DIBAWAH INI
0 Comments
BIJAKLAH DALAM BERKOMENTAR