![]() |
Pic no Copyright |
Istilah pragmatisme berasal dari kata Yunani ”pragma” yang artinya perbuatan
atau tindakan. ”Isme” di sini sama artinya dengan isme-isme yang lainnya, yaitu aliran
atau ajaran atau paham. Dengan demikian, pragmatisme berarti ajaran yang menekankan
bahwa pemikiran itu menuruti tindakan. Kriteria kebenarannya adalah ”faedah” atau
”manfaat”. Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh pragmatisme benar apabila
membawa suatu hasil.
Dengan kata lain, suatu teori adalah benar if it works (apabila teori dapat
diaplikasikan). Pada awal perkembangannya, pragmatisme lebih merupakan suatu usahausaha untuk menyatukan ilmu pengetahuan dan filsafat agar filsafat dapat menjadi ilmiah
dan berguna bagi kehidupan praktis manusia. Sehubungan dengan usaha tersebut,
pragmatisme akhrinya berkembang menjadi suatu metode untuk memecahkan berbagai
perdebatan filosofis-metafisik yang tiada henti-hentinya, yang hampir mewarnai seluruh
perkembangan dan perjalanan filsafat sejak zaman Yunani Kuno.
Pragmatisme telah membawa perubahan yang besar terhadap budaya Amerika
dari lewat abad ke-19 hingga kini. Falsafah ini telah dipengaruhi oleh teori Charles
Darwin dengan teori evolusinya dan Albert Einstein dengan teori relativitasnya. Falsafah
ini cenderung kepada falsafah epistemologi dan aksiologi dan sedikit perhatian terhadap
metafisik. Falsafah ini merupakan falsafah di antara idea tradisional mengenai realitas
dan model mengenai nihilisme dan irasionalisme. Ide tradisional telah mengatakan bumi
ini tetap dan manusia mengetahui hakiki mengenai bumi dan perkara-perkara nilai murni,
sementara nihilisme dan irasionalisme adalah menolak semua dugaan dan ketentuan.
Dalam usahanya untuk memecahkan masalah-masalah metafisik yang selalu menjadi
pergunjingan berbagai filosofi itulah pragmatisme menemukan suatu metoda yang
spesifik, yaitu dengan mencari konsekuensi praktis dari setiap konsep atau gagasan dan
pendirian yang dianut masing-masing pihak. Dalam perkembangannya lebih lanjut,
metode tersebut diterapkan dalam setiap bidang kehidupan manusia. Karena pragmatisme adalah suatu filsafat tentang kehidupan manusia maka setiap bidang
kehidupan manusia menjadi bidang penerapan dan filsafat yang satu ini.
Karena metode yang dipakai sangat populer untuk dipakai dalam mengambil
keputusan melakukan tindakan tertentu, dan menjadi populer. Filsafat yang berkembang
di Amerika pada abad ke-19 ini sekaligus menjadi filsafat khas Amerika dengan tokohtokohnya seperti Charles Sander Peirce, William James, dan John Dewey menjadi
sebuah aliran pemikiran yang sangat mempengaruhi segala bidang kehidupan Amerika.
Namun, filsafat ini akhirnya menjadi leibh terkenal sebagai metode dalam
mengambil keputusan melakukan tindakan tertentu atau yang menyangkut kebijaksanaan
tertentu. Lebih dari itu, karena filsafat ini merupakan filsafat yang khas Amerika, ia
dikenal sebagaimana suatu model pengambilan keputusan, model berindak, dan model
praktis Amerika. Bagi kaum pragmatis, untuk mengambil tindakan tertentu, ada dua hal
penting. Pertama, ide atau keyakinan yang mendasari keputusan yang harus diambil
untuk melakukan tindakan tertentu. Kedua, tujuan dari tindakan itu sendiri. Keduanya
tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan suatu paket tunggal dan metode bertindak
yang pragmatis. Pertama-tama manusia memiliki ide atau keyakinan itu yang ingin
direalisasikan. Untuk merealisasikan ide atau keyakinan itu, manusia mengambil
keputusan yang berisi: akan dilakukan tindakan tertentu sebagai realisasi ide atau
keyakinan tadi.
Dalam hal ini, sebagaimana diketahui oleh Peirce, tindakan tersebut tidak dapat
diambil lepas dari tujuan tertentu. Dan tujuan itu tidak lain adalah hasil yang akan
diperoleh dari tindakan itu sendiri, atau konsekuensi praktis dari adanya tindakan itu.
Apa yang dikatakan oleh Peirce tersebut merupakan prinsip pragmatis dalam arti yang
sebenarnya. Dalam hal ini; pragmatisme tidak lain adalah suatu metode untuk
menentukan konsekuensi praktis dari suatu ide atau tindakan. Karena itulah,
pragmatisme diartikan sebagai suatu filsafat tentang tindakan. Itu berarti bahwa
pragmatisme bukan merupakan suatu sistem filosofis yang siap pakai yang sekaligus
memberikan jawaban terakhir atas masalah-masalah filosofis. Pragmatisme hanya
berusaha menentukan konsekuensi praktis dari masalah-masalah itu, bukan memberikan
jawaban final atas masalah-masalah itu.
Aliran pragmatis ini beranggapan bahwa segala kebenaran ialah apa yang
membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan memperhatikan kegunaannya secara praktis. Tokoh aliran ini adalah William James. Ia termasuk tokoh sangat berpengaruh
dari Amerika Serikat. Tokoh lainnya adalah John Dewey, Charles Sanders Peirce dan
F.C.S. Schiller.
Bagi William James (1842-1910 M), pengertian atau putusan itu benar jika pada
praktik dapat dipergunakan. Putusan yang tidak dapat dipergunakan itu keliru.
Kebenaran itu sifat pengertian atau putusan bukanlah sifat halnya. Pengertian atau
putusan itu benar, tidak saja jika terbuktikan artinya dalam keadaan jasmani ini, akan
tetapi jika bertindak dalam lingkungan ilmu, seni dan agama. Tokoh ini juga berjasa
dalam bidang lain, terutama dalam bidang psikologi. Dalam bidang tersebut ia berhasil
membantah pemikiran lama tentang kesadaran. Di dalam filsafat, kata James, akal
dengan segala perbuatannya ditaklukkan perbuatan. Ia tak lebih pemberi informasi bagi
praktik hidup dan sebagai pembuka jalan baru bagi perbuatan-perbuatan kita.
Dalam bukunya The Meaning of Truth, James mengemukakan bahwa tiada
kebenaran mutlak, yang berlaku umum, bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari
akal yang mengenal. Sebab, pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita anggap
benar dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah. Hal itu disebabkan
karena dalam perkembangannya ia dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya.
BACA JUGA TULISAN MENARIK LAINNYA, KLIK GAMBAR DIBAWAH INI

0 Comments
BIJAKLAH DALAM BERKOMENTAR